Resensi
laskar pelangi
Judul:
laskar pelangi
Pengarang:
andrea hirata
Penerbit:
bentang
Halaman:
533 halaman
Terbit:
juli 2007
Harga
buku: Rp.69.000,00-
Andrea
hirata lahir di Belitung. Meskipun studi mayornya ekonomi, Ia sangat menggemari
sains, fisika, kimia, biologi, astronomi, dan tentu saja sastra. Edensor adalah
novel ketiganya setelah novel-novel best seller Laskar Pelangi dan Sang
Pemimpi. Andre lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademis dan
backpacker. Andrea berpendidikan ekonomi dari Universitas Indonesia.
Karyanya
selalu dinanti-nanti khalayak karena dapat memberikan motivasi dan memberikan
inspirasi. Penulis menceritakan kejadian awalnhingga akhir sehingga membuat
pembaca penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya.
Keunggulan
novel ini yaitu selain kita dapat mengetahui perjuangan hidup, Laskar Pelangi
juga menyadarkan kita untuk tidak berputus asa. Novel ini berisi semangat dan perjuangan
dalam meraih cita-cita. Laskar Pelangi ini tidak sekedar menceritakan
inspirasi, tetapi novel ini adalah novel yang ditulis tenang persahabatan.
Setelah membaca novel ini saya benar-benar terinspirasi dan terharu.
Hal
yang paling menarik dan memotivasi saya dalam novel ini adalah saat Lintang
yang harus ke sekolah menempuh jarak 80km, dan ini semua demi mendapatkan ilmu
pengetahuan meskipun ayahnya tidak setuju Ia bersekolah karena masa depannya
tidak jelas. Saking semangatnya sepatu Lintang terbakar karena pedal sepeda.
Meskipun Ia terlambat ke sekolah yang penting Ia dapat menyanyikan lagu padamu
negeri pada jam pelajaran bersama Ikal dan teman-temannya.
Semangat
Lintang dan teman-teman untuk bersekolah meskipun hidup dalam keterbatasan dimasa kecil, tetapi mereka menyimpan mimpi
masing-masing untuk hari esok. Lintang yang jenius dalam bidang eksakta dua
belas tahun kemudian bertemu dengan Ikal yang pulang dari Paris dan datang
untuk bertemu Lintang, kini sang jenius hanya terpuruk jadi sopir truk tronton
karena harus menjadi tulang punggung keluarga menggantikan ayahnya yang telah
meninggal. Ikal merasa tak percaya melihatnya dan sedih akan keadaan
teman-temannya. Itu yang membuat saya tertarik membaca novel ini, karena
meskipun keadaan ekonomi yang kurang mampu, semangatnya untuk bersekolah dan
pantang menyerah sertavtidak mudah putus asa.
Kekurangan
dari novel ini adalah walaupun menggunakan bahasa indonesia, namun masih
terselip bahasa daerah dimana tempat kejadian peristiwa tersebut yaitu Belitung.