Jumat, 30 Januari 2015

                                     Resensi laskar pelangi


Judul: laskar pelangi
Pengarang: andrea hirata
Penerbit: bentang
Halaman: 533 halaman
Terbit: juli 2007
Harga buku: Rp.69.000,00-













Andrea hirata lahir di Belitung. Meskipun studi mayornya ekonomi, Ia sangat menggemari sains, fisika, kimia, biologi, astronomi, dan tentu saja sastra. Edensor adalah novel ketiganya setelah novel-novel best seller Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi. Andre lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademis dan backpacker. Andrea berpendidikan ekonomi dari Universitas Indonesia.

Karyanya selalu dinanti-nanti khalayak karena dapat memberikan motivasi dan memberikan inspirasi. Penulis menceritakan kejadian awalnhingga akhir sehingga membuat pembaca penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya.

Keunggulan novel ini yaitu selain kita dapat mengetahui perjuangan hidup, Laskar Pelangi juga menyadarkan kita untuk tidak berputus asa. Novel ini berisi semangat dan perjuangan dalam meraih cita-cita. Laskar Pelangi ini tidak sekedar menceritakan inspirasi, tetapi novel ini adalah novel yang ditulis tenang persahabatan. Setelah membaca novel ini saya benar-benar terinspirasi dan terharu.

Hal yang paling menarik dan memotivasi saya dalam novel ini adalah saat Lintang yang harus ke sekolah menempuh jarak 80km, dan ini semua demi mendapatkan ilmu pengetahuan meskipun ayahnya tidak setuju Ia bersekolah karena masa depannya tidak jelas. Saking semangatnya sepatu Lintang terbakar karena pedal sepeda. Meskipun Ia terlambat ke sekolah yang penting Ia dapat menyanyikan lagu padamu negeri pada jam pelajaran bersama Ikal dan teman-temannya.

Semangat Lintang dan teman-teman untuk bersekolah meskipun hidup dalam keterbatasan  dimasa kecil, tetapi mereka menyimpan mimpi masing-masing untuk hari esok. Lintang yang jenius dalam bidang eksakta dua belas tahun kemudian bertemu dengan Ikal yang pulang dari Paris dan datang untuk bertemu Lintang, kini sang jenius hanya terpuruk jadi sopir truk tronton karena harus menjadi tulang punggung keluarga menggantikan ayahnya yang telah meninggal. Ikal merasa tak percaya melihatnya dan sedih akan keadaan teman-temannya. Itu yang membuat saya tertarik membaca novel ini, karena meskipun keadaan ekonomi yang kurang mampu, semangatnya untuk bersekolah dan pantang menyerah sertavtidak mudah putus asa.


Kekurangan dari novel ini adalah walaupun menggunakan bahasa indonesia, namun masih terselip bahasa daerah dimana tempat kejadian peristiwa tersebut yaitu Belitung.

0 komentar :

Posting Komentar